Perayaaan Imlek identik dengan pernak-pernik dan kebiasaan para pelakunya, misalnya membagi-bagikan angpau kepada yang lebih muda atau belum menikah, pertunjukan Barongsai dan Liong, kue keranjang, dan berkunjung ke rumah kerabat dan rekan.
Imlek biasanya dirayakan selama 15 hari berturut-turut dan hari puncaknya disebut dengan Cap Go Meh. Dalam tradisi Hokkian, malam ke-15 merupakan puncak perayaan Imlek, oleh karenanya Cap Go Meh dirayakan secara istimewa.
Bagi mereka yang hobi traveling, perayaan Imlek dan Cap Go Meh dan semua atributnya menjadi daya tarik tersendiri. Di Indonesia ada beberapa tempat menarik yang ramai dikunjungi orang untuk menikmati arsitektur khas, dan merekam prosesi kegiatan seputar Imlek dan Cap Go Meh. adapun beberapa tempat yang dapat menjadi tujuan berwisata Imlek & Cap Go Meh antara lain :
Kelenteng & Pasar Petak Sembilan, Jakarta
Jakarta mempunyai seratus lebih kelenteng. Beberapa diantaranya berusia tua, salah satunya Kelenteng Petak Sembilan. Kelenteng ini dikelilingi tembok. Pintu utamanya berada di Selatan, berupa gapura naga merah. Sebelah kiri gerbang ada deretan tiga kelenteng tua. Di halaman kedua terdapat kelenteng utama menghadap Selatan berikut dua singa (Bao Gu Shi) yang konon berasal dari Provinsi Kwangtung, Tiongkok Selatan.
Gedung utama Petak Sembilan didominasi warna merah. Atap bangunannya melengkung ke atas, berhias sepasang naga. Di dalam ruangannya terdapat puluhan lilin berukuran besar, setinggi badan orang dewasa dan ratusan lilin-lilin kecil yang menyala. Di bagian samping kiri gedung utama terdapat bekas kamar-kamar para rahib. Sedangkan di pojok kanan halaman belakang terdapat sebuah lonceng buatan tahun 1825 yang konon merupakan lonceng tertua dari semua kelenteng di Jakarta.
Menjelang perayaan Imlek, biasanya para petugas di kelenteng ini sibuk membersihkan dan mengecat ulang pagar besi dengan cat berwarna merah. Kelenteng ini tak pernah sepi pengunjung, terutama masyarakat Tionghoa yang ingin bersembahyang. Banyak pula para peziarah dan wisatawan yang datang sambil melihat aktivitas ritual pengunjungnya. Keindahan dan kekhasan kelenteng ini, juga kerap dijadikan obyek pemotretan para penggemar fotografi dan juga lokasi syuting video musik.
Kemeriahan jelang Imlek juga terlihat di beberapa pasar tradisional yang biasa dikunjungi masyarakat Tionghoa, misalnya saja di Pasar Petak Sembilan yang terletak di seberang pusat elektronik Glodok, Jakarta Barat. Pasar ini tak pernah sepi, terlebih 10 hari menjelang Imlek. Banyak warga keturunan Tionghoa dari berbagai pelosok Jakarta datang ke pasar ini untuk membeli pernak-pernik Imlek dan penganan khas Imlek misalnya kue keranjang berupa dodol khas China yang dibungkus daun atau plastik. Kue ini diburu pembeli untuk dimakan sendiri, diantar ke sanak keluarga dan rekan serta untuk sembahyang.
Di Pasar ini juga dijual aneka manisan kering misalnya kana, buah plum, dan kulit jeruk yang dimaniskan. Makanan yang berasa manis misalnya manisan dan permen dipercaya warga keturunan Tionghoa sebagai perlambang hidup yang manis. Oleh karenanya kedua cemilan ringan itu kerap disuguhkan saat merayakan Imlek agar tahun baru membawa kemanisan.
Di sana juga banyak dijual buah khas Imlek misalnya jeruk, leci, dan buah plum. Aneka jeruk terutama jeruk M rin, dan jeruk Bali banyak diborong pembeli karena jeruk dianggap buah simbol persaudaraan dan kerukunan.
Berada di Pasar Petak Sembilan terlebih menjelang Imlek mencuatkan atmosfir tersendiri yang berbeda dibanding pasar tradisional lain. Deretan lampion dan pernak-pernik khas Imlek lain yang berwarna merah di sepanjang kiri kanan jalan jalan dan kios-kios pedagang, seolah membawa kita berada di salah satu sudut keramaian di negeri China.
Kota Seribu Kelenteng, Singkawang, Kalimantan Barat
Singkawang setiap perayaan Imlek dan Cap Gomeh rutin menggelar acara secara besar-besaran. Ada lima acara besar yang kerap diadakan misalnya lomba hias lampion se-Kota Singkawang, malam kesenian yang dilaksanakan pada malam Imlek, pawai kendaraan hias, Cap Go Meh, dan malam ramah tamah. Dalam parade kendaraan hias kita dapat menyaksikan Tatung, Loya, dan Barongsai.
Di kota ini saat acara Cap Go Meh, kita dapat menyaksikan pertunjukan Tatung. Tatung adalah media utama Cap Go Meh. Atraksi Tatung dipenuhi dengan mistik dan menegangkan, karena banyak orang kesurupan, dan orang-orang inilah yang disebut Tatung. Uniknya di Singkawang banyak pribumi atau orang Dayak yang juga turut serta menjadi Tatung, mereka terdorong berpartisipasi karena ritual Tatung mirip upacara adat Dayak.
Kelenteng Sampo Kong, Semarang
Gedong Batu Sam Po Kong adalah petilasan, bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama Laksamana China bernama Zheng Ho(Cheng Ho) atau juga dikenal sebagai Sam Po Tay Djien. Terletak di daerah Simongan, sebelah Barat Daya Kota Semarang. Disebut Gedong Batu karena bentuknya berupa Gua Batu besar di kaki Bukit Batu. Gedung ini kini menjadi tempat peringatan, sembahyang, dan berziarah. Di dalam gua batu ada altar dan patung-patung Sam Po Tay Djien.
Pada malam Imlek dan Cap Go Meh masyarakat berbondong-bondong ke Kelenteng Gedong Batu. Mereka ada yang bersembahyang dan banyak pula yang sengaja datang untuk menyaksikan aneka pertunjukan rakyat dan wayang kulit sejak malam hingga dini hari. Di sana banyak pedagang beragam penganan misalnya lontong cap gomeh dan wedang dari kacang godhog, tebu, sekoteng, dan ronde.
Kelenteng Hok Tek Bio, Bogor
Kelenteng (Vihara Dhanagun) ini terletak di Jalan Suryakencana No.1, tepatnya di sisi kiri bangunan Bogor Plaza, Kota Bogor. Setiap perayaan Imlek dan Cap Go Meh biasanya menggelar kesenian Tionghoa misalnya barongsai dan pertunjukan Liong (naga). Selain itu juga ada pertunjukan tanjidor, jaipongan, sisingaan, dan reog Ponorogo. Acara itu berlangsung sejak sore hingga dini hari. Pengunjung yang datang bukan hanya warga sekitar melainkan juga dari Bekasi, Sukabumi, Cianjur, Depok, Tanggerang, Jakarta, Bandung, Semarang, bahkan Surabaya.
Phak Khak Liang & Vihara Dewi Kwan Im, Bangka
Kedua tempat bernilai histori religi ini bisa menjadi pilihan untuk berwisata Imlek & Cap Go Meh. Phak Khak Liang menjadi saksi bisu sejarah penambangan timah di Bangka yang kemudian dijadikan kawasan wisata yang dipenuhi bangunan bergaya China.
Lokasinya berada di Belinyu, 57 Km dari Sungailiat. Selain itu ada Makam Cok Tien, putri dari Bong Kiung Fu, seorang tokoh China yang mendirikan Benteng Kuto Panji. Makam ini berada di benteng, 1,5 Km dari Kota Belinyu. Sedangkan Vihara Dewi Kwan Im berada di Desa Jelitik, sekitar 15 Km dari Kota Sungailiat, tepatnya di bawah kaki bukit yang dialiri sungai. Oleh warga keturunan Tionghoa di sana, airnya dipercaya dapat menyebuhkan berbagai penyakit dan bisa bikin awet muda. Di obyek ini terdapat kolam pemandian dan vihara kecil untuk sembahyang
Vihara Avalokitesvara, Banten
Salah satu peninggalan sejarah di kawasan Banten Lama ini berada di Kampung Pamarican, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Sekitar 10 kilometer arah Utara Kota Serang. Bangunan ini masih satu kompleks dengan Masjid Agung Banten Lama, Keraton Surasowan, Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, dan bangunan-bangunan sejarah lainnya.
Sejak masa kerajaan dulu, posisi kelenteng ini berada di tengah komunitas muslim yang taat. Inisiatif pembangunan kelenteng ini justru datang dari Sunan Gunung Jati, salah seorang Wali Songo, pada tahun 1652. Semula lokasinya di Desa Dermayon, di belakang Masjid Agung Banten Lama. Tetapi tahun 1774 dipindahkan ke Pamarican. Pada zaman keemasan Kerajaan Banten, kampung ini menjadi pusat industri merica.
Makan Malam di Kia-Kia Surabaya & Kesawan Square Medan
Kia-Kia artinya jalan-jalan. Dinamakan Jalan Kembang Jepun, konon menurut sejarahnya, di tempat itu pernah berdiam keluarga Jepang (Jepun) dengan salah seorang anak gadisnya yang sangat cantik. Kecantikannya tersebar sampai pelosok Surabaya hingga dijuluki 'Kembang Jepun'. Tempat rumah tersebut berdiri dinamakan "Jalan Kembang Jepun" yang termasuk salah satu pusat bisnis di Surabaya. Kia-Kia merupakan tempat ngumpulnya warga keturunan Tionghoa dii Surabaya.
Sebab disepanjang Jalan Kembang Jepun sampai Jembatan Merah 4 terdapat beberapa pedagang yang menyajikan aneka maskan China. Tempat pertama kali penduduk China tinggal di Surabaya yang kemudian berkembang menjadi pusat jajanan Chinesse di Surabaya. Kia Kia buka mulai 7 malam hingga larut malam.
Kesawan Square merupakan tempat makan di Kota Medan yang ramai sejak sore hingga tengah malam. Letaknya di Jalan Ahmad Yani yang dulunya bernama Kesawan. Di tempat ini kita dapat menikmati aneka masakan Chinesse dan Indonesia sambil dihibur alunan musik dari mobil terbuka. misalnya Kia-Kia, siang hari tempat ini menjadi pusat pertokoan dan bisnis.
Kelenteng Tek Hay Kiong, Tegal
Kelenteng berusia 300 tahun lebih ini berdiri di atas tanah seluas 4500 meter persegi. Kelenteng ini sebelumnya bernama Cin Jin Bio. Adapun nama Tek Hay Kiong dapat diartikan juga Istana dari Konco Tek Hay Cin Jien yang merupakan gelar kebesaran dari Kwee Lak Kwa. Bagi masyarakat Tegal dan sekitarnya Konco Tek Hay Cin Jien dipuja sebagai Dewa Pelindung. Mereka yang dapat mendekati jiwa kepribadiannya, akan mendapat berkah dan keselamatan Kongco Tek Hay Cin Jien. Konco Tek Hay Cien Jien datang ke Kota Tegal pada tahun 1737, sebagai utusan perdagangan Tiongkok yang datang ke nusantara.
Di kelenteng ini setiap tahun menggelar acara antara lain Sembahyang Pantai dengan mengundang kelenteng-kelenteng dewa laut dari kota di Pantai Tegal. Lalu Kirab Toa Pe Kong dimana Kelenteng Tek Hay Kiong mengeluarkan 8 tandu, Sembahyang Rebutan/Tiong Guan, dan upacara Sejit Tek Hay Cin Jin yang diadakan secara besar-besaran untuk merayakan hari pertama Kong Co Tek Hay Cin Jin datang ke Tegal.
Kampung Senggarang dan Vihara Dharma Sasana, Bintan, Kepulauan Riau
Kampung Senggarang merupakan kawasan pecinan yang berbeda. Biasanya pecinan berada di tengah kota, Senggarang justru persis di tepi pantai. Di kampung yang tertata rapih dan bersih ini, tradisi Cina masih terasa kental. Setiap rumahnya mempunyai ornament khas. Aroma hio tercium akrab dan kerap terdengar alunan musik khas China.
Vihara Dharma Sasana berusia ratusan tahun menjadi daya tarik lain kampung ini. Tamannya luas dengan rumput hijau dan patung-patung dewa raksasa di belakang dan depan bangunan utama. Selain itu, ada Vihara Banyan Tree dengan pintu utama yang dipeluk erat oleh akar-akar pohon beringin raksasa nan rindang. Kampung ini, terutama kedua kelentengnya ramai dikunjungi umat Budha dari Bintan dan Batam, bahkan dari Singapura dan Malaysia.
Selamat berwisata Imlek dan Cap Go Meh, Gong Xi Fat Choi.