Pesawat Boing 373 800 NG (Next Generation) dengan nomor penerbangan JT 904 dengan rute Bandung-Denpasar itu jatuh ke laut bersama 101 penumpang plus 7 awak dengan kondisi badan pesawat terbelah. Tidak ada korban jiwa dalam tragedi tersebut. Mereka yang mengalami luka-luka langsung dievakuasi ke beberapa rumah sakit terdekat.
Hanya sepuluh orang yang dikirim ke RS Sanglah yang lokasinya cukup jauh dari Bandara Ngurah Rai. "Seluruh penumpang langsung dievakuasi ke rumah sakit terdekat," terang Kapolda Bali Irjen Pol Arief Wachyunadi. Para penumpang berhasil selamat karena langsung keluar dari pintu darurat yang berada di bagian kiri dan kanan badan pesawat. Informasi yang berhasil dihimpun media ini, pesawat yang dipiloti oleh M Gazali itu, terjatuh sekitar 50 meter sebelum mendarat di runway Bandara Ngurah Rai.
Penyebab Lion Air Gagal Mendarat
Kapolda Bali mengatakan, saat kejadian cuaca di sekitar Bandara dalam kondisi berawan. Sehingga ia memperkirakan, faktor terbatasnya jarak pandang pilot pesawat menjadi penyebabnya. Sementara, kebanyakan para korban mengalami lecet-lecet karena benturan. Salah satunya Juan Ignatius Senduk, 48. Pria asal Bandung ini mengatakan pergi ke Denpasar untuk urusan pekerjaan. “Saya pergi berdua dengan teman.
Sebelumnya tidak ada firasat apa pun tentang kecelakaan ini. Cuma pada saat mau jatuh itu, saya lihat keluar kok dekat sekali dengan laut. Tahunya sudah tercebur saja. Untung ke laut. Kalau ke darat, mati saya,” ujarnya masih dengan wajah shock. Penumpang lainnya, Dewi, 49, yang sempat dirawat di RSUP Sanglah, pada awalnya sama sekali tidak merasa jika pesawat yang dia tumpangi bakal mendapatkan musibah.
Sebab sepanjang perjalanan dari Bandung menuju Bali, kondisi penerbangannya memang berjalan mulus. Namun kondisi itu berubah ketika pesawat yang dia tumpangi sedikit oleng sesaat sebelum mendarat di laut. “Sama sekali tak ada firasat. Karena kondisi pesawat memang biasa saja. Cuma pas beberapa saat sebelum jatuh, pesawat agak oleng sedikit,” paparnya. “Apalagi sebelum jatuh, tidak ada pemberitahuan dari pilot bahwa pesawat akan jatuh,” sambung perempuan yang mengaku asal Manado ini.
Penyebab Lion Air Gagal Mendarat
Lebih, lanjut perempuan yang beberapa kali menolak difoto ini menceritakan, dia duduk di seat 22, persis di pinggir. “Saya duduknya di pinggir dan dekat jendela. Makanya ketika pesawat agak menukik ke bawah secara tiba-tiba, saya sempat melihat dari jendela. Kok air lautnya sudah dekat sekali di bawah pesawat,” ceritanya. “Habis itu sudah langsung bruuukkkk.
Pesawat seperti kemasukan air dan memang beberapa saat di dalam pesawat sudah ada air lautnya,” sambungnya. Dia pun mengungkapkan, saat pesawat menabrak air laut, beberapa bagian tubuhnya terbentur dengan bodi pesawat. “Setelah pesawat jatuh, kondisi panik, semua penumpang sudah pada berebut keluar. Saya keluarnya lewat pintu dekat sayap,” paparnya.
Perempuan yang masih terlihat shock inipun mengaku bersyukur, karena ketika keluar dari pintu pesawat, dia melihat daratan tidak terlalu jauh. “Syukur pas keluar, ternyata tidak terlalu jauh daratannya. Dengan bantuan beberapa orang, saya pun bisa keluar,” ujarnya. Sementara hingga kemarin, petugas berwenang masih memeriksa pesawat, termasuk kotak hitam (black box).
Kecelakaan ini berdampak pada tertundanya penerbangan di Bandara Ngurah Rai. Menurut ATS Operation Departemen Angkasa Pura 1, Tri Basuki, penerbangan ditutup selama dua jam pasca kejadian. “Landasan ditutup dan dibuka kembali jam 17.00 Wita,” ujar Tri. Menurutnya penutupan dilakukan untuk proses pembersihan dan evakuasi penumpang. Dia menyebutkan ketika landasan dibuka, maka seluruh aktivitas baik take off hingga landing normal kembali. Selama penutupan tersebut, ada 7 penerbangan yang tertunda mendarat di Bali.
Dengan rincian 3 penerbangan dialihkan ke Bandara Lombok dan 4 penerbangan ditunda. “Kami juga belum tahu penyebabnya apa. Yang jelas, pilot dalam keadaan sehat dan izin terbangnya masih ada. Pesawat juga laik terbang. Kami menunggu hasil penyelidikan nantinya. Untuk informasi, pesawat ini mulai beroperasi tahun 2012 dan masih baru," kata Direktur Utama Lion Air Edwar Sirait saat dihubungi wartawan di Jakarta, Sabtu (13/4). Sementara, analisis dugaan kecelakaan dikeluarkan oleh ahli biomedik penerbangan DR dr Wawan Mulyawan SpBS FS.
Wawan menguraikan analisis jatuhnya pesawat yang memiliki durasi terbang delapan bulan itu. Dia menduga kuat jika pesawat berpenumpang seratus orang lebih ini telah mengalami undershoot atau jatuh karena terlalu cepat mendarat. Dia menganalisa jika faktor kerusakan mesin sangat kecil kemungkinan menjadi penyebab kecelakaan ini. “Sebab sesuai dengan pernyataan pihak Lion Air, pesawat ini baru dan sudah dinyatakan laik terbang. Pesawat ini tidak bermasalah dan masih gres,” katanya.
Dengan analisis tersebut, penyebab kecelakaan tinggal ada dua faktor yakni human error dan cuaca. “Namun untuk faktor cuaca, dengan alat navigasi canggih yang dimilikinya, seharusnya sangat kecil menimbulkan kecelakaan. Karena sudah diantisipasi dengan baik,” jelas dia. Wawan lantas mengatakan dugaan penyebab kecelakaan ini mengarah pada human error. “Faktor ini memang menjadi penyebab terbesar yang paling sering menyebabkan kecelakaan,” ujarnya. Dia menguraikan ada kemungkinan pilot mengalami kelelahan (fatigue).
Dia menyimpulkan faktor kelelahan itu karena dilihat dari model kecelakaan yang tergolong undershoot. “Kecelakaan jenis undershoot merupakan kesalahan manusia (human error, Red.) adalah kesalahan elementer yang seharusnya tidak boleh terjadi,” papar Wawan. Dia menerangkan sangat mungkin pilot tidak konsentrasi dalam mendaratkan pesawat. Sehingga ketika diperburuk dengan cuaca yang mulai gelap, terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan pendaratan.
“Keputusan yang salah saat menduga roda pesawat sudah akan menyentuh landasan, padahal masih di atas laut,” kata dia. Alasan penyebab kelelahan muncul dari sistem manajemen atau rotasi pilot dan co-pilot. Wawan mengatakan perusahaan penerbangan yang tumbuh cepat seperti Lion Air sangat mungkin sulit memenuhi standar 1:4. Yakni setiap 1 unit pesawat harus menyediakan 4 crew setting. Artinya setiap pesawat harus menyediakan 4 pilot dan 4 co-pilot yang dirotasi untuk menerbangkan satu pesawat.
Sehingga jika Lion Air mempunyai sekitar 178 unit pesawat baru Boeing 737 yang telah dipromosikan di mana-mana, Wawan mengatakan, harusnya maskapai memiliki sekitar 700 pilot dan 700 co-pilot. “Saya mohon maaf, saya tidak yakin Lion Air mempunyai penerbang sebanyak itu. Maaf jika saya salah,’’ kata Wawan. Karena jumlah penerbangnya kurang, maka terjadi beban kerja yang sangat padat. Kepadatan beban kerja ini memungkinkan sekali menjadi penyebab kelelahan muncul pada pilot.
Sementara itu Sardjono Jhony, mantan dirut PT Merpati Nusantara mengatakan, kejadian di Bali ini, bisa terjadi akibat tak terpenuhinya syarat pendaratan yang stabil. Di kalangan pilot ini disebut unplaned emergency dechening. Sebagai contoh, speed atau kecepatan lebih dari yang seharusnya. Atau konfigurasi pendaratan yang belum lengkap dilaksanakan. Contoh lain kata penerbang yang telah mengantongi lebih dari 9.000 jam terbang ini, kecepatan turun yang melebihi 1.000 kaki per menit dan lain-lainnya.
Cara mengatasinya, cuma satu, yaitu bila masih di atas 1.000 kaki, dilakukan koreksi. Tapi kalau sudah di bawah 1.000 kaki, terbang lagi atau gagalkan pendaratan. Dalam dunia penerbang dikenal dengan istilah go around untuk berputar dulu. Tentang pendaratan darurat, dia menjelaskan ada dua macam. Yakni di darat dan laut. Yang di air, istilah teknisnya ditching. Ini dilakukan saat mesin pesawat terbakar, dua mesin pesawat mati, atau pesawat dalam keadaan harus mendarat secepatnya