Pagi yang cerah sekitar pukul 06.00. Seperti biasa, petani itu mengeluarkan kerbau dari kandangnya untuk pergi membajak sawah. Dari pagi hingga siang mereka asyik bekerja sama mengaduk-ngaduk lumpur sawah. Pukul 11.30, datang istri sang petani membawa makan siang suaminya: nasi bakul, ikan asin, sambel dan lalab. Petani itu asyik makan dengan lahapnya, sementara si kerbau sahabatnya istirahat tak jauh darinya.
“Hhooaa….. (suaranya besar). Gan, suara apa tuh sayup-sayup enak sekali?”
“Itu suara adzan.”
“Adzan itu apa?”
“Itu seruan memanggil orang Islam untuk shalat.”
“Shalat itu apa?” Tanyanya lagi.
“Shalat itu menyembah Allah, Tuhan pencipta alam. Orang Islam melaksanakannya 5 kali sehari.”
“Ooh…” kata si kerbau.
“Agan, orang Islam?” tanyanya lagi.
“Iya Islam.” Kata petani itu cuek.
“Agan suka shalat?”
Sambil tersipu ia menjawab: “Ooh …tidak!”
“Sama dengan saya.” Kata si kerbau kalem.
Mereka meneruskan lagi kerja. Jam 14.30 mereka selesai. Ketika sedang beres-beres, terdengar lagi suara lantunan orang dari kejauhan yang juga enak didengar. Tapi kali ini suaranya lain.
“Gan, suara apa lagi tuh? Kok beda dengan yang tadi!”
“Ooh… kalau itu orang membaca Qur’an.”
“Qur’an itu apa?”
“Kitab suci petunjuk hidup umat Islam.”
“Agan suka membacanya?”
“Kebetulan tidak. Mana sempat! Siang gini kan kerja. Malam cape.”
“Sama dengan saya.” Kata si kerbau lagi kalem.
Mereka pun pulang.
Jam 18.30 sehabis magrib, dari speaker masjid dekat rumah petni itu terdengar suara orang bicara panjang lebar. Si kerbau bertanya lagi.
“Gan, kalau itu suara apa? Itu orang ngomong apa?”
“Itu pengajian di masjid.”
“Pengajian itu apa?”
“Itu orang sedang mendalami agama.”
“Bagus ya Gan?”
“Iya bagus.”
“Agan suka datang ke pengajian?”
“Kebetulan tidak. Setiap hari sibuk bekerja seperti tadi.”
“Sama dengan saya.”
Esok harinya, saat si petani lahap makan siang karena lapar, si kerbau membuka percakapan.
“Gan!” Katanya.
“Apa?”
“Walaupun binatang, saya juga ciptaan Tuhan. Rasanya, saya ingin juga mengenal Tuhan yang telah memberi saya hidup, nafas, tenaga dan makan. Tapi, apalah artinya. Saya hanya seekor kerbau. Rasanya ingin saya menyembah-Nya, berterima kasih kepada-Nya, bersyukur dan beribadah seperti orang-orang di masjid itu. Tapi, mana sempat, saya kerja terus setiap hari. Waktu habis untuk kerja. Malam cape. Saya seolah tidak ada waktu untuk mendekati Tuhan untuk beribadah kepada-Nya.”
Merasa ada yang membenarkan kesibukannya, si petani buru-buru menjawab:
“Sama dengan Saya.”
Si kerbau termenung: “Eemh… ternyata banyak manusia seperti saya. Wujudnya saja manusia"
========
#semoga ane dan para pembaca tidak demikian, masak mau si disamain ama kebo?
hehe